Titiek Puspa, Artis Legendaris Indonesia

Indonesia punya Bob Tutupoly yang masih bernyanyi di usia lebih dari 80 tahun. Artis legendaris ini lahir di tahun 1939. Indonesia juga punya artis legendaris lain yang bahkan lebih tua dari Bob, yakni Titiek Puspa, yang lahir tahun 1937.

Atas dedikasinya di dunia artis, di tahun 2018, Titiek Puspa mendapatkan penghargaan khusus "Lifetime Achievement Award"  pada acara Indonesian Choice Awards 2018 yang digelar stasiun televisi NET. Pada tahun yang sama, Titik Puspa juga meraih "Pengabdian Seumur Hidup" pada acara Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia 2018.

Titik Puspa adalah anak keempat dari 12 bersaudara pasangan Tugeno Puspowidjojo--seorang mantri kesehatan--dan Siti Mariam, seorang ibu rumah tangga.

Keluarga besar ini adalah keluarga "nomaden", yang berpindah dari lokasi ke lokasi lain mengikuti tugas sang bapak. Sekali waktu keluarga ini tinggal di Jember, lain kali di Surabaya. Atau Ambarawa dan Tanjung. Daerah terakhir yang disebut itu terletak di utara Kalimantan Selatan, tempat dimana Titik Puspa dilahirkan, pada Senin Kliwon, 1 November 1937.

Ketika lahir, ia diberi nama Sudarwati. Sudah menjadi adat kebiasaan orang Jawa, jika seseorang sakit-sakitan, seringkali ganti nama menjadi obat penyembuhnya. Demikian pula Sudarwati yang sakit-sakitan ketika kecil, namanya kemudian diubah menjadi Kadarwati dan terakhir diubah lagi menjadi Sumarti. Sampai sekarang. Sementara "Titiek" itu nama panggilan yang diambil dari suku terakhir namanya, yakni "Ti". Nama belakangnya itu diambil dari nama bapaknya. Jadilah Titiek Puspa.

Jalan hidupnya di dunia artis dimulai pada tahun 1954. Umurnya sweet seventeen, alias 17 tahun. Dan ia memenangkan festival Bintang Radio tingkat daerah di Semarang, Jawa Tengah. Dapat juara kedua, tapi ia diikutkan ke Jakarta, mengikuti lomba yang sama di tingkat nasional. Itu karena perolehan nilainya cukup tinggi, mendekati skor pemegang juara pertama.

Di Jakarta, ia kalah. Tetapi ia tetap senang karena dua hal. Pertama, ia bertemu dan mendapatkan tanda tangan bintang idolanya, Bing Slamet. Bagi Titiek Pusta, Bing Slamet bukan hanya sekedar bintang idola, ia adalah "guru tak resmi" baginya.

Di Jakarta, dia sering menonton pertunjukan Bing, dan bahkan sejajar-sepanggung sebagai pementas. "Kalau Bing tampil, (saya) sering berdiri di dekat panggung sambil terkagum-kagum," katanya kepada  Bonardo Maulana Wahono, wartawan lokadata.id.

Jadi ia belajar kepada Bing Slamet, layaknya Bambang Ekalaya belajar kepada Resi Drona yang tak mau menerimanya sebagai murid, lalu Bambang Ekalaya membangun patung gurunya itu sambil berlatih memanah membayangkan bahwa gurunya ada didekatnya.

Ketika Bing Slamet meninggal di tahun 1974, Titiek Puspa merasa sangat kehilangan sosok sang guru. Ia bahkan menulis sebuah lagu yang berjudul "Bing" untuk mengenang gurunya itu.

Yang Kedua, panitia lomba menghampirinya dan menawarinya menyanyi pada 'Malam Gembira' festival, acara puncak yang cuma lazim diisi para juara. Bahkan Sjaiful Bachri, pemimpin Orkes Studio Djakarta--penggarap musik film "Tiga Dara" arahan Usmar Ismail--memintanya langsung untuk membawakan "Candra Buana" karya komponis besar Indonesia, Ismail Marzuki.

Segala yang terjadi setelah malam itu adalah sejarah. "Candra Buana" versinya kerap diputar di Radio Republik Indonesia (RRI). Kerja sama dengan Sjaiful berlanjut karena OSD mengikatnya sebagai penyanyi tetap.

Pada dekade pertama 1960 itu, sejumlah pencipta lagu beken sudah percaya dengan kecakapan Titiek menafsir lagu ciptaan mereka dengan suaranya. Mochtar Embut memberikan "Di Sudut Bibirmu"; Surni Warkiman mengangsurkan "Daun yang Gugur" dan "Esok Malam Kau Kujelang"; Iskandar mengulurkan "Puspa Dewi".

Titiek Puspa menghasilkan puluhan album. Album populernya di antaranya, Kisah Hidup (1963), Mama (1964), Bing (1973), Kupu-kupu Malam (1977), Apanya Dong (1982), Horas Kasih (1983), Virus Cinta (1997) Dan Lain-Lain.

Lagu-lagunya yang pernah menjadi hit, adalah Kisah Hidup (1963), Mama (1964), Minah Gadis Dusun (1965), Gang Kelinci, Romo Ono Maling, Rindu Setengah Mati, Cinta, Jatuh Cinta, Bing (1973), Kupu-kupu Malam, Pantang Mundur, Ayah, Adinda, Marilah ke Mari, Burung Kakaktua, Bapak Pembangunan, Apanya Dong (1982), Horas Kasih (1983), dan Virus Cinta (1994).

Selain bernyanyi, Titiek Puspa juga membintangi banyak film dan sinetron, di antaranya, Minah Gadis Dusun (1965), Di Balik Cahaya Gemerlapan (1976), Inem Pelayan Sexy (1976), Karminem (1977), Rojali Dan Juhela (1980) Dan Koboi Sutra Ungu (1982).

Sejak 2017, Titiek Puspa hadir di setiap episode drama musikal Pesta Sahabat yang tayang di RTV mulai dari Pesta Sahabat Cinta Indonesia (kecuali Pesta Sahabat Lebaran Sebentar Lagi dan 17-an di Kampung Halaman).

Pada tahun 2014, Titiek Puspa membentuk sebuah grup vokal yang beranggotakan 10 orang anak dari berbagai latar belakang etnis bernama Duta Cinta. Pada tahun 2017, grup vokal ini juga hadir di sejumlah episode Pesta Sahabat dari episode 3 (Aku Anak Sehat) sampai episode 6 (Kasih Ibu). Namun, pada tanggal 25 Juli 2018, Duta Cinta juga hadir kembali dalam Pesta Sahabat Anak Indonesia bersama dengan Titiek Puspa.

KONSER

Pada tahun 2007, untuk memperingati ulang tahunnya yang ke-70, Titiek menggelar konser bertajuk Karya Abadi Sang Legenda: 70 Tahun Titiek Puspa. Konser ini ditujukan sebagai perwujudan rasa terima kasih Titiek Puspa kepada semua yang terlibat dan pernah bekerja sama dengan Titiek Puspa terhadap negeri ini, khususnya terima kasih tak terhingga untuk penonton dan penggemar Titiek Puspa.

Konser yang diriingi musisi Dian HP Orchestra dengan melibatkan Ari Lasso, Andi /rif, 3 Diva (KD, Titi DJ, Ruth Sahanaya), Melly Goeslaw, Vina Panduwinata, Pinkan Mambo, Yovie Widianto, Hedi Yunus, Kevin Aprilio, Rio Febrian, Delon Thamrin, Bob Tutupoly, Dewi Sandra, Emilia Contessa, Marini, Euis Darliah, Elvy Sukaesih, Inul Daratista, Warna, Project Pop, Gita Gutawa, artis Mamma Mia, dan Host Ringgo Agus Rahman, Daniel Mananta, dan Tamara Bleszynski, turut pula disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta menteri, pejabat negara, dan mantan pejabat negara.

PENGHARGAAN

  • Juara Bintang Radio Jenis Hiburan tingkat Jawa Tengah (1954)
  • BASF Award ke-10 untuk kategori "Pengabdian Panjang di Dunia Musik" (1994)
  • Selebrita Awards 2016: Lifetime Achievement Award (2016)
  • Indosat Awards 2016: Lifetime Achievement Awards (2016)
  • Nominasi Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 2016 lewat film Ini Kisah Tiga Dara
  • Indonesian Choice Awards 2018: Lifetime Achievement (2018)
  • Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia 2018: Pengabdian Seumur Hidup (2018)

PRANALA