Mengenal Chrisye, Musisi Legendaris Indonesia

Chrisye adalah legenda musik Indonesia. Sekalipun gaya panggungnya cenderung kaku, ia  memiliki karakter vokal yang kuat dan karismatik. Kelik M Nugroho memasukkan nama Chrisye sebagai salah satu dari 50 penyanyi terbesar dan berpengaruh di Indonesia. Majalah Rolling Stone Indonesia edisi No.68, Desember 2010, juga memasukkan nama Chrisye sebagai penyanyi ketiga dalam daftar “50 Greatest Indonesia Singers”.

Chrisye bernama asli Christian Rahadi. Lahir di Jakarta, 16 September 1949 dan meninggal di Jakarta, 30 Maret 2007 pada umur 57 tahun. Setelah masuk Islam, ia mengubah namanya menjadi Chrismansyah Rahadi.

Ia berasal dari keluarga Tionghoa-Indonesia. Bapaknya, Laurens Rahadi (Lauw Tek Kang), adalah seorang wirausaha keturunan Betawi-Tionghoa, dan Ibunya, Hanna Rahadi (Khoe Hian Eng), adalah seorang ibu rumah tangga keturunan Sunda-Tionghoa.

Dia anak kedua dari tiga anak laki-laki yang dipunyai pasangan tersebut. Saudaranya bernama Joris dan Vicky. Setelah masa kecilnya dihabiskan di Jalan Talang, dekat Menteng, Jakarta Pusat, pada tahun 1954 keluarga itu berpindah ke Jalan Pegangsaan (di Menteng).

Biarpun disuka para groupie, Chrisye sampai awal tahun 1980-an jarang berpacaran. Akan tetapi pada awal tahun 1981, dia mulai mendekati sekretaris Guruh Soekarnoputra, yaitu Gusti Firoza Damayanti Noor (Yanti).

Yanti, yang mempunyai darah keturunan Dayak dan Minang, juga seorang penyanyi dan berasal dari keluarga musisi. Dia sering membahas musik dengan Chrisye saat Chrisye menunggu Guruh, dan mereka juga bertemu saat Chrisye mengunjungi kakaknya, Raidy, yang merupakan salah satu temannya.

Saat Yanti pindah ke Bali untuk bekerja di hotel bintang lima selama beberapa minggu, Chrisye mengikutinya dan menyatakan bahwa dia siap menikahinya ketika Yanti kembali ke Jakarta; biarpun itu bukan lamaran resmi, Yanti menerima.

Pada tahun 1982 Chrisye masuk Islam, sebab Islam tidak mengizinkan pernikahan antara wanita Muslim dengan pria non-Muslim; Pada tanggal 12 Desember 1982 Chrisye dan Yanti menikah di suatu acara bergaya adat Padang.

KARIER MUSIK

Chrisye tertarik dengan musik sejak masih belia. Waktu masih belajar di SMA, Chrisye main gitar bas dalam sebuah band yang ia bentuk bersama kakaknya, Joris. Pada akhir dasawarsa 1960-an dia menjadi anggota band Sabda Nada (yang kemudian hari berganti nama menjadi Gipsy).

Pada tahun 1973, setelah mengambil cuti beberapa lama, dia mengikuti band tersebut ke New York untuk main musik. Setelah kembali ke Indonesia untuk waktu singkat, dia kembali ke New York dengan band lain, yaitu The Pro's. Sekembali ke Indonesia, pada tahun 1976 dia bekerja sama dengan Gipsy dan Guruh Soekarnoputra untuk merekam album indie Guruh Gipsy.

Setelah keberhasilan Guruh Gipsy, pada tahun 1977 Chrisye menghasilkan dua karya terbaiknya, yaitu "Lilin-Lilin Kecil" tulisan James F. Sundah serta album jalur suara Badai Pasti Berlalu.

Sukses kedua karya ini membuat Chrisye direkrut oleh Musica Studios, yang dengan perusahaan rekaman itu dia merilis album solo perdananya, Sabda Alam, pada tahun 1978. Selama kariernya yang lebih dari 25 tahun dia menghasilkan 18 album solo lain, serta main dalam satu film: Seindah Rembulan (1981).

Dikenal untuk vokalnya yang halus dan gaya panggung yang kaku, Chrisye dianggap salah satu penyanyi Indonesia legendaris. Lima album yang termasuk karyanya dimuat dalam daftar 150 Album Indonesia Terbaik oleh majalah musik Rolling Stone Indonesia.

Lima lagunya (dan satu lagi yang dia mendukung) dimuat dalam daftar lagu terbaik oleh majalah yang sama pada tahun 2009. Beberapa albumnya disertifikasi perak atau lebih tinggi. Dia menerima dua lifetime achievement award, satu pada tahun 1993 dari BASF Awards dan satu lagi pada tahun 2007 dari stasiun televisi SCTV. Pada tahun 2011, Rolling Stone Indonesia mencatat Chrisye sebagai musisi Indonesia terbaik nomor tiga sepanjang masa.

GAYA CHRISYE

Menurut Jockie, salah satu alasan mengapa Chrisye terpilih untuk merekam "Lilin-Lilin Kecil" ialah karena suaranya yang khas, dengan timbre yang lembut, yang cocok dengan keyboard yang digunakan di lagu tersebut.

Namun, Jockie merasa bahwa suara Chrisye kehilangan dinamikanya apabila dicampur dengan musik yang lembut, sehingga dia memasukkan nada rock ke album Jurang Pemisah. Erwin Gutawa membandingkan suara Chrisye dengan sehelai kertas kosong, yang dapat diterapkan untuk apa saja.

Seorang penulis untuk majalah Gatra menyebut gaya manggung Chrisye "kaku", dengan gerakan yang sangat sedikit. Chrisye memilih kostumnya sendiri dan terkadang-kadang mencoba desain dan warna baru. Dalam musik video dia lebih suka menggunakan satu jenis baju saja; dia sampai menyatakan kepada Kompas bahwa dia hanya hendak ganti baju kalau jatuh ke selokan.

PENGHARGAAN

Chrisye menerima banyak penghargaan selama kariernya. Pada tahun 1979 dia terpilih sebagai Penyanyi Pria I Kesayangan Angket Siaran ABRI. Album Sabda Alam dan Aku Cinta Dia diberi sertifikasi emas, dan Hip Hip Hura, Resesi, Metropolitan, dan Sendiri disertifikasi perak.

Chrisye menerima tiga BASF Awards, yang diadakan pembuat compact cassette BASF sampai pertengahan tahun 1990-an, untuk album paling laris; yang pertama diterima pada tahun 1984 untuk Sendiri, lalu yang kedua pada tahun 1988 untuk Jumpa Pertama dan yang terakhir pada tahun 1989 untuk Pergilah Kasih.

Dia juga menerima BASF Lifetime Achievement Award pada tahun 1994 untuk sumbangannya ke dunia musik Indonesia; pada tahun yang sama dia menerima penghargaan sebagai Penyanyi Rekaman Terbaik.

Pada tahun 1997 dia menerima penghargaan Anugerah Musik Indonesia (AMI) untuk Penyanyi Pop Pria Terbaik. Tahun berikutnya, album Kala Cinta Menggoda menang sembilan AMI, termasuk Album Termaik; Chrisye sendiri menerima penghargaan sebagai Penyanyi Pop Pria Terbaik, Penyanyi Rekaman Terbaik, dan Perancang Grafis Terbaik (bersama dengan Gauri).

Pada tahun 2007, setelah dia sudah meninggal, dia menerima penghargaan SCTV Lifetime Achievement Award pertama, yang diterima oleh putrinya Risty.

PRANALA