Kiai Kanjeng - Bukan Sembarang Gamelan


Kiai Kanjeng adalah grup musik yang beranggotakan Novi Budianto, Joko Kamto, dan Totok Raharjo. Ia dikenal luas karena selalu mengiringi aktifitas Cak Nun di Kominutas Maiyah, Padang Bulan dan Kenduri Cinta.  

Kiai Kanjeng kian populer di mata masyarakat, sejalan dengan popularistas album musik bertajuk Kado Muhammad dengan lagu “Tombo Ati”-nya.

Ketika melakukan tur di enam kota di Mesir bersama Cak Nun, Kiai Kanjeng mengkhususkan diri mengaransir kembali lagu-lagu “Si Bintang Timur” Ummi Kaltsum dan memperoleh sambutan tak terduga hangatnya dari masyarakat Mesir. Selain ke Mesir, Kiai Kanjeng sudah mengembara jauh ke berbagai penjuru dunia dan mendapat penghargaan luar biasa oleh masyarakat musik dan meraih penghargaan masyarakat (musik) dunia.

BUKAN SEMBARANG GAMELAN

Gamelan Kiai Kanjeng bukan hanya nama grup musik. Ia juga menjadi nama konsep nada pada alat musik “tradisional” gamelan yang diciptakan oleh Novi Budianto.

Kalau dalam khasanah musik Jawa terutama pada gamelan lazimnya sistem tangga nada yang dipakai adalah laras pentatonis yang terbagi ke dalam dua jenis nada yakni pelog dan slendro, maka gamelan yang digubah oleh Novi ini tidak berada pada jalur salah satunya, alias bukan pelog bukan slendro.

Disebut demikian karena memang bila ditilik dari konsep tangga nadanya, ia berbeda dengan gamelan-gamelan pentatonis baik yang pelog maupun slendro. Meskipun bila ditinjau dari segi bahan dan bentuknya gamelan KiaiKanjeng tetaplah sama dengan gamelan Jawa pada umumnya.

Dan perbedaan nada tersebut terletak pada jumlah bilahannya serta kenyataan bahwa gamelan KiaiKanjeng juga merambah ke wilayah diatonis, meski tidak sepenuhnya. Tepatnya: sel-la-si-do-re-mi-fa-sol, dengan nada dasar G=do atau E Minor.

Konsep nada Gamelan KiaiKanjeng adalah solmisasi yang belum sempurna: sel, la, si, do, re, mi, fa, sol. Penyempurnaan terus dilakukan dengan ninthing instrumen gamelan (saron, bonang dan sebagainya) yang baru, karena sesungguhnya yang diperlukan jauh melebihi yang sekarang ada.

Pelarasan nada ini oleh Novi Budianto pada mulanya dipilih berdasarkan pengalamannya menata musik-puisi Emha Ainun Nadjib sejak berproses bersama di teater Dinasti.

SISTEM NOTASI

Ngeng atau metode kesepakatan bunyi yang lahir dari naluri musikal dan kepekaan akan pijakan nada, merupakan system notasi yang dipakai oleh musik Kiai Kanjeng. Potensi sense of ngeng inilah yang menjadi faktor mendasar dalam berolah musik. Ngeng juga menjadi partitur abstrak dalam pe-notasi-an dan acuan penciptaan musik KiaiKanjeng.

Meskipun demikian, tidak menutup penggunaan system notasi yang lain, sebagaimana diambil oleh para pemain musik dari Latar belakang, keberangkatan dan kemampuan musikal yang berbeda. Notasi balok dipakai pada instrument biola, flute, karena memang pemainnya berangkat dari latar belakang musik klasik dan lingkungan akademik.

Bagi yang kemampuan musikalnya biasa saja, maka penggunaan notasi angka menjadi pegangan yang mendasar, dan ini biasa dipakai oleh para pemain saron, demung, dan bonang.

PRANALA