Deasy Arisandi, Penyanyi Lawas yang Bersuara Lembut dan Manis


Deasy Arisandi adalah penyanyi dan bintang film Indonesia di era 70-an yang bersuara lembut dan manis. Di akhir 1980-an, Deasy lebih memilih untuk menekuni lagu-lagu rohani.

Deasy, yang memiliki nama lengkap Putu Ayu Ariati Deasy Christyani Arisandi ini, lahir di Kroya, tahun 1958. Meninggal di Jakarta, 30 Juni 2013 pada umur 54 tahun.

Lagu-lagu yang pernah dibawakan oleh Deasy Arisandi antara lain: Bandar Jakarta, Saputangan, Changing Partners, Layu Sebelum Berkembang, Hati seorang wanita, dan Katresnan (berbahasa Jawa). Deasy juga piawai menyanyikan lagu keroncong: Telomoyo, Katrenanku Tetep, Laraning Atiku, dan Kanggo Salawase.

Di samping menyanyi ia juga sempat menjadi peran utama dalam film komedi "Tiga Cewek Badung" (1975) bersama aktris senior Titiek Puspa dan Enny Haryono. Sebelumnya, di tahun 1974, Deasy bermain di film "Sayangilah Daku", yang disutradarai oleh Motinggo Boesje.

AWAL MULA MENYANYI

Tabloid Bintang edisi 269 yang terbit April 1996 pernah memuat wawancara Deasy bersama empat penyanyi wanita tahun 1970-an lain yakni, Yulia Yasmin, Dewi Puspa, Grace Simon, dan Enny Haryono. Kepada Tabloid Bintang Deasy bercerita bagaimana awal mula terjun ke dunia hiburan tahun 1970-an silam.

"Waktu tinggal di Surabaya, Ayah saya kepala penerangan AL. Setiap kali ada artis dari Jakarta, dapat jatah undangan. Saya selalu memanfaatkannya. Berkali-kali melihat, timbul dalam pikiran anak-anak saya, duh kok enak jadi penyanyi. Kebetulan dari kecil saya seneng nyanyi," katanya. Pucuk dicinta, ulam tiba. Tahun 1970 ayahnya dipindahtugaskan ke Jakarta. "Saya merasa dapat peluang," katanya.

"Sebagai anak kelas satu SMP, saya bilang pada Ibu, 'Bagaimana caranya supya saya bisa nyanyi di teve," cerita Deasy pada Tabloid Bintang kala itu.

Akhirnya, tahun 1971 Deasy ikut lomba nyanyi Pop Singer Anak-anak 15 tahun ke bawah di Taman Ria Monas. Ia hanya masuk semifinalis. Tahun berikutnya ia coba lagi, dan jadi juara satu. Dari situ pintu terbuka lebar bagi Deasy untuk jadi penyanyi sungguhan. "Dapat juara satu, keesokan harinya tawaran nyanyi memberondong. Karena bingung, Ibu minta petunjuk Tante Titiek Puspa. Ia mengatakan terima saja buat pengalaman," kata Deasy.

Tahun 1973, Deasy menelurkan album pertama Seuntai Bunga Tanda Cinta. "Tahun 1974 untuk pertama kalinya saya nyanyi di Istana Negara. Itu berlangsung sampai tahun '92," bilang Deasy yang kelahiran Kroya, 8 November 1957.

Semasa aktif menyanyi, dikatakan Deasy, ia melahirkan 20 album. "Lebih banyak Pop Jawa, karena logat Jawa saya kental. Makanya orang mengingat saya sebagai pelantun Rek Ayo Rek. Padahal itu lagu orang, cuma sering saya nyanyikan." Dari banyak lagu Pop Jawa, Deasy sampai diundang menyanyi ke Suriname.

MEMBAWAKAN LAGU-LAGU ROHANI

"Sejak tahun '88 saya merasakan panggilan Tuhan," akunya pada Tabloid Bintang. "Secara bertahap, tapi pasti saya merasakan penolakan dari dalam diri untuk melantunkan syair-syair lagu penuh keluh-kesah. Itu bertentangan dengan firman Tuhan yang penuh suka cita dan kemenangan."

Memilih jalan Tuhan di tengah booming lagu pop cengeng era 1980-an, Deasy banyak menolak tawaran menyanyi. Tapi Deasy tak menyesal banyak menolak tawaran itu. "Jauh lebih indah hidup dalam firman Tuhan," katanya. "Bakat yang diberikan Tuhan, dulu sudah lama saya pakai untuk kesenangan sendiri. Sekarang sudah saatnya dipakai memuliakan Tuhan. Inilah rencana Tuhan yang sesungguhnya."

PRANALA